10 Hard dan Soft Skill yang Dibutuhkan di Dunia Kerja Startup dalam 10 Tahun ke Depan
Date: 18 October 2021
Author: Doddy Dwi Wahyuwono
Dalam 10 tahun ke depan, jumlah startup di Indonesia yang di tahun 2021 sebanyak 2.296 perusahaan diprediksi akan kian meningkat.
Dengan meningkatnya jumlah startup ini, maka jumlah lapangan kerja yang tersedia akan otomatis naik.
Namun, meningkatnya suplai lapangan pekerjaan ini juga akan meningkatkan tingkat persaingan bagi para job seekers.
Tentunya, untuk mampu bersaing dalam kompetisi yang sengit, job seeker memerlukan keunggulan tertentu dibandingkan lawan-lawannya.
Keunggulan tersebut bisa ditinjau dari pengalaman kerja, namun yang diutamakan kedepannya ialah hard skill dan soft skill yang dimiliki.
Apa saja skill yang dibutuhkan? Berikut adalah 10 hard dan soft skill yang dibutuhkan di dunia kerja startup dalam 10 tahun ke depan.
Daftar Isi
Apa perbedaan hard skill vs soft skill
Sebelum mengenali berbagai skill yang dibutuhkan di dunia kerja startup, ada baiknya mengenali dulu apa yang dimaksud dengan hard skill dan soft skill, beserta perbedaannya.
Secara singkat, hard skill bisa diartikan sebagai kompetensi dan kualifikasi dalam bidang kerja tertentu.
Contohnya di bidang pemasaran, yang termasuk hard skill ialah kemampuan digital marketing, SEO, copywriting, dan sebagainya.
Sementara, soft skill ialah keterampilan umum, yang kini dianggap sebagai nilai jual tambahan seorang pekerja, namun ke depannya akan menjadi kemampuan wajib setiap pekerja.
Soft skill ada bermacam-macam, mulai dari perilaku yang bersifat aktif hingga karakteristik yang bersifat pasif.
Skill yang dibutuhkan di dunia kerja startup
Setelah memahami apa perbedaan hard skill vs soft skill, saatnya memahami apa saja kemampuan utama yang dibutuhkan untuk berkarir di startup.
Berikut 10 hard dan soft skill yang dibutuhkan di dunia kerja startup dalam 10 tahun ke depan.
Keterampilan spesialis ditunjang generalis
Dari segi hard skill, keterampilan seorang spesialis akan tetap dibutuhkan.
Namun, di masa depan, pekerja yang lebih banyak dicari ialah yang memiliki spesialisasi di bidang tertentu, namun masih memiliki skill generalis pula.
Hal ini akan berbeda dengan realita sekarang, di mana menjadi spesialis dan generalis masih diperdebatkan dan menjadi opsi karir seorang pekerja.
Atau, malah bertentangan dengan zaman dulu, di mana seorang spesialis dianggap akan lebih baik dibandingkan seorang generalis.
Bill Gates pun mengungkapkan hal yang sama, bahwa era yang membutuhkan spesialis justru akan lebih banyak merekrut seorang generalis.
Hal ini karena spesialis dinilai hanya terpaku pada satu bidang saja, sementara apa yang dibutuhkan industri saat ini ialah kandidat yang lebih fleksibel, yang tidak hanya mahir di satu bidang.
Jika ditinjau di masa depan, dengan lebih banyaknya inovasi-inovasi yang akan bermunculan, sangat wajar jika seorang generalis akan diminati.
Namun, hal ini tidak mendiskreditkan kompetensi spesialis.
Akan lebih baik jika seorang pekerja memiliki spesialisasi tertentu, namun tidak menutup kemungkinan untuk belajar bidang-bidang lainnya seperti generalis.
Kemampuan berpikir kritis dan analitik
Kemampuan berpikir kritis dan analitik, yang akhir-akhir ini sering digaungkan, akan menjadi salah satu kompetensi yang wajib dimiliki tiap pekerja.
Pasalnya, kemampuan berpikir ini akan mempengaruhi berbagai hal besar yang berkaitan dengan bisnis, seperti pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.
Dalam Future of Jobs Report 2020, kandidat yang memiliki kemampuan berpikir seperti ini akan diutamakan dalam perekrutan kerja.
Karenanya, sangat wajar jika kemampuan berpikir ini sekarang sudah mulai diajarkan di dunia pendidikan.
Pemikiran kreatif dan inovatif
Daya kreativitas dan pemikiran inovatif menjadi kemahiran yang juga dibutuhkan selain kemampuan berpikir kritis dan analitik.
Pasalnya, tanpa pemikiran kreatif dan inovatif, akan sulit untuk menghadirkan hal-hal baru pada bisnis yang menjadi pembeda atau keunggulan dibanding kompetitor.
Menurut World Economic Forum, pemikiran kreatif dan inovatif menjadi skill terpenting ketiga yang dicari pada seorang kandidat di tahun 2020.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Linkedin, yang mengatakan bahwa pemikiran kreatif serta inovatif akan menjadi salah satu skill yang paling penting di dunia.
Alasannya, di masa depan, segala hal yang serba terotomasi dan orientasi kerja berdasarkan proses akan perlahan mulai memudar.
Karenanya, dengan segala hal yang serba cepat dan instan, dibutuhkan kreativitas dan inovasi yang mampu membedakan bisnis dari kompetitornya.
Pasalnya, ketiadaan kreativitas dan inovasi akan membuat bisnis tergerus lajunya perkembangan zaman.
Manajemen diri dan waktu
Dengan meningkatnya kebutuhan kerja serta kesadaran kehidupan seimbang di dunia profesional dan personal, skill manajemen akan sangat penting.
Tanpa skill manajemen yang baik, seorang pekerja akan sulit menjadi produktif dan bisa jadi malah terganggu keseimbangan hidupnya.
Skill manajemen yang dibutuhkan dunia kerja utamanya dibagi menjadi dunia bagian, yakni manajemen waktu dan manajemen diri.
Manajemen waktu meliputi kemampuan mengkalkulasi penyelesaian suatu proyek atau tugas kerja, efisiensi proses kerja, pembagian waktu kerja dan istirahat, dan banyak lagi.
Sedangkan, manajemen diri mencakup kesadaran akan waktu dan kemampuan kerja, pengembangan diri, kesehatan mental, emosional, dan fisik, serta banyak lagi.
Kedua skill manajemen ini dianggap penting oleh bisnis karena bisnis tidak hanya ingin pekerja yang cakap dalam bekerja, namun juga sehat dan seimbang hidupnya.
Skill komunikasi dan presentasi
Kecakapan komunikasi dan presentasi, tergolong dalam kemampuan public speaking, akan menjadi salah satu hal yang tetap dibutuhkan dalam dunia kerja.
Kemampuan ini sangat penting karena sifatnya fleksibel dan terapan untuk beragam kebutuhan.
Misalnya saja, kemampuan ini akan sangat berguna jika bisnis mengadakan webinar, melakukan pitching di depan investor, maupun bernegosiasi dengan klien.
Dan, untuk kebutuhan internal pun, kemampuan ini juga praktikal dalam orientasi karyawan baru, manajemen tim, dan kolaborasi antar pekerja.
Dikarenakan ragam kegunaan yang bervariasi, bisnis yang menyukai kandidat yang memiliki kemampuan komunikasi dan presentasi yang baik.
Pasalnya, kemahiran ini sifatnya seperti investasi jangka panjang, akan makin berguna jika senantiasa diasah, bahkan dalam 10 tahun ke depan.
Etika kerja profesional
Dalam dunia kerja, profesionalitas adalah hal yang akan tetap relevan dan dibutuhkan.
Kandidat yang bekerja secara profesional tentu akan banyak diminati perusahaan.
Selain menunjang kredibilitas dan reliabilitas dalam bekerja, profesionalitas juga meminimalisir terciptanya lingkungan kerja yang toxic.
Studi juga membuktikan efektivitas etika kerja profesional yang mampu menunjang kepemimpinan dan manajemen perusahaan, serta meminilasir risiko munculnya ekosistem kerja yang toxic.
Pasalnya, dengan memahami dan mempraktikkan etika kerja profesional, pekerja dan pimpinan perusahaan akan memahami kapan waktunya bekerja dan hal apa saja yang selayaknya dilibatkan dalam pekerjan.
Ditambah lagi, hal ini juga mencegah pekerja mencampuradukkan urusan personal ke dalam dunia kerja, dan sebaliknya.
Skill kepemimpinan
Dewasa ini, perusahaan startup gencar melakukan pelatihan kepemimpinan guna mencetak lebih banyak pekerja dengan leadership skill yang baik.
Selain guna mempersiapkan tim pimpinan baru di perusahaan tersebut, tujuannya juga untuk mencetak para pemimpin baru yang mungkin bisa membuka perusahaan lainnya.
Pelatihan semacam ini sangat penting dan genting karena masih banyak mispersepsi tentang kepemimpinan dalam dunia kerja.
Pasalnya, dampak kepemimpinan yang buruk tidak hanya menghambat produktivitas kerja, namun juga menjadi faktor kontributif runtuhnya perusahaan.
Kendati pelatihan kepemimpinan akan tetap dilaksanakan di masa depan untuk membuat pemimpin tetap relevan dengan tren dan perkembangan leadership yang baru, akan menjadi poin tambahan jika kandidat kerja sudah memiliki pengalaman dan pengetahuan akan kepemimpinan.
Kemampuan beradaptasi dan resiliensi
Persaingan yang ketat antar kandidat kerja dan antar bisnis juga meningkatkan kebutuhan akan kemampuan adaptasi dan resiliensi di masa depan.
Kandidat yang tidak mampu beradaptasi dan resilien terhadap lingkungan di sekitarnya akan berpengaruh buruk terhadap produktivitas dan kolaborasi kerja.
Pun, kemampuan beradaptasi ini tidak terbatas pada adaptasi dengan rekan kerja saja.
Namun, adaptasi yang dimaksud juga mencakup penyesuaian dengan tren dan perkembangan yang ada seputar kerja. Entah di bidang teknologi maupun kecakapan lainnya.
Sedangkan, resiliensi dari pekerja yang dibutuhkan adalah ketahanan menghadapi tekanan, beban kerja, dan tantangan baru yang kian berganti.
Meskipun perusahaan membutuhkan pekerja yang resilien, tetapi tidak berarti juga bahwa perusahaan menginginkan karyawan yang bekerja layaknya robot.
Resiliensi harus dihasilkan dari manajemen diri yang baik, sehingga karyawan tetap tahan banting, namun di sisi lain juga seimbang hidupnya.
Pengetahuan umum
Walaupun pengetahuan umum bukanlah hal yang secara eksplisit dituliskan pada lowongan pekerjaan, namun memiliki kekayaan pengetahuan menjadi nilai plus tersendiri.
Selain terkadang hal ini berguna dalam wawancara kerja, seringnya pengetahuan ini berguna dalam proses adaptasi dengan rekan kerja.
Pasalnya, berbagai pekerja di perusahaan memiliki pengetahuan yang unik dan beragam.
Dan, mempunyai pengetahuan umum terkait banyak hal akan mempermudah proses interaksi dan komunikasi interpersonal dengan kolega tersebut.
Keakraban semacam ini akan memberikan pekerja nilai positif dari perusahaan, khususnya di mata divisi HRD.
Selain itu, adanya keakraban akan secara tidak langsung mempermudah proses kolaborasi kerja dengan rekam satu tim atau beda tim.
Dalam hal ini, pekerja dengan rasa ingin tahu yang tinggi akan lebih mudah menerapkannya.
Pemahaman teknologi
Jika zaman dulu atau bahkan sekarang pemahaman teknologi masih dianggap sebagai kelebihan, hal ini akan menjadi skill wajib di masa depan.
Namun, pengetahuan akan teknologi di masa depan tidak hanya terbatas pada pengoperasian Microsoft Word atau sejenisnya.
Dibutuhkan pemahaman tersendiri terkait berbagai software atau platform yang digunakan setiap bidang kerja.
Tidak berhenti di situ saja, pemahaman ini juga mencakup cepat atau tidaknya proses belajar berbagai teknologi baru yang nantinya muncul dan digunakan perusahaan.
Meskipun sekarang terdengar cukup kompleks, namun dalam 10 tahun ke depan seharusnya hal ini tidak menjadi tantangan berat.
Pasalnya, dengan pesatnya perkembangan teknologi saat ini dan berubahnya manusia menjadi digital native, adaptasi dengan teknologi di masa mendatang tentunya bisa berjalan lancar.