Software Cloud vs On Premise: Pengertian, Perbedaan, Lebih Baik Mana?
Date: 4 October 2021
Author: Doddy Dwi Wahyuwono
Berawal dari tahun 1999, Salesforce pertama kali menggunakan teknologi cloud untuk menyediakan software melalui internet, langsung ke pengguna.
Pengguna tidak perlu menginstall software terlebih dahulu layaknya software on-premise. Cukup menggunakan internet saja.
1 dekade kemudian, mulai bermunculan layanan SaaS (Software-as-a-Service) lainnya di berbagai bidang. Kebanyakan hanya merupakan bidang profesional saja.
Namun, di 1 dekade setelahnya, tepatnya 2019, software berbasis cloud sudah digunakan di lebih banyak bidang. Mulai dari untuk bisnis hingga kebutuhan pribadi.
Dan, 2 tahun setelahnya, di tahun 2021, hampir segala software dan kebutuhan manusia sudah sangat terintegrasi dengan cloud.
Kendati demikian, mana yang lebih baik antara software cloud dan on-premise masih ramai diperdebatkan.
Pun, masih banyak orang yang belum tahu apakah aplikasi dan software yang mereka gunakan berbasis cloud atau on premise.
Artikel ini akan menjelaskan dan merangkum pengertian dan perbedaan software cloud vs on premise, beserta mana yang lebih baik.
Daftar Isi
- Pengertian Software Cloud
- Pengertian Software On Premise
- Perbandingan Software Cloud vs On Premise
- Software Cloud vs On Premise: Mana yang Lebih Baik
Software Cloud Adalah
Software cloud ialah software yang dijalankan dengan dan melalui jaringan internet.
Mudahnya, software jenis ini menawarkan lebih banyak kemudahan bagi penggunanya. Pengguna tidak perlu menginstall atau mengelola segala urusan teknis software tersebut.
Asalkan ada jaringan internet, pengguna tetap bisa mengakses software ini. Kapan pun dan di mana pun.
Seringkali, software cloud dijalankan dengan sistem langganan/keanggotaan, bukan kepemilikan. Artinya, pengguna hanya berstatus sebagai penyewa, tanpa memiliki software itu sendiri.
Software aslinya akan diinstall di server milik penyedia layanan yang dapat diakses oleh pengguna.
Beberapa contoh software berbasis cloud ialah Google Docs, Netflix, dan YouTube.
WhatsApp Business API Wappin dan Email Marketing DocoBlast juga merupakan software cloud.
Software On Premise Adalah
Software on premise ialah software yang dijalankan dan diinstall di perangkat sang pengguna.
Pengguna dapat mengakses software tersebut kapan saja, meskipun tidak terkoneksi internet. Hanya saja, akses ini terbatas pada 1 perangkat tempat software tersebut diinstall.
Berbeda dengan software berbasis cloud, software on premise dapat dimiliki oleh pengguna. Artinya, pengguna dapat membeli dan mengunduh software tersebut lalu menggunakannya.
Beberapa contoh software on premise ialah Adobe Creative Suite, Microsoft Office Desktop App, dan pemutar media seperti GOM, VLC, dan Winamp.
Perbandingan Software Cloud vs On Premise
Selain jenis kepemilikan dan akses, software cloud dan on premise memiliki perbedaan yang sangat mencolok di banyak bidang. Mulai dari yang teknis hingga non-teknis.
Segala perbedaan inilah yang seringkali dijadikan pertimbangan seseorang dalam memilih mana software yang sesuai untuknya. Apalagi bisnis.
Apa saja perbedaan utama dan mana yang lebih baik di antara keduanya?
Mari kita diskusikan lebih lanjut.
· Biaya
Biaya seringkali menjadi faktor pertama dan utama yang menentukan keputusan penggunaan layanan. Begitu pula dalam memilih jenis software ini.
Jika ditelaah, sebenarnya kedua software ini memberikan pricing plan yang berbeda.
Software on premise seringkali dijual dengan pembayaran penuh di awal, yaitu biasa dianggap sebagai CAPEX (capital expense).
Anggapannya, software on premise menjadi modal untuk melakukan suatu usaha tertentu. Ketika modal tersebut sudah tersedia, barulah usaha tersebut dapat dilaksanakan.
Walaupun hanya 1x pembayaran, seringkali software on premise dibanderol dengan harga yang cukup mahal. Namun, dalam 1x pembayaran pula, pengguna dapat langsung menggunakan segala fitur yang ada.
Di sisi lain, software cloud yang menggunakan sistem keanggotaan dijual dengan skema langganan. Artinya, software ini termasuk ke dalam OPEX (operational expense).
Dengan kata lain, software cloud dapat dianggap sebagai fasilitas operasional untuk kelangsungan usaha.
Karena bersifat operasional, seringkali pembayarannya dilakukan secara rutin, dalam hitungan minggu, bulan, atau tahun.
Software on premise juga seringkali menyediakan opsi harga yang berbeda-beda, bergantung dengan fitur apa saja yang bisa didapatkan pengguna berdasarkan tingkatan harga tersebut.
Jika ditanya mana yang lebih menguntungkan dari kedua sistem harga ini, sebenarnya keduanya memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Software on premise yang cukup 1x beli akan sesuai bagi pengguna dengan modal besar serta tidak ingin repot membayar rutin dan berkelanjutan.
Sedangkan, software cloud akan lebih sesuai bagi pengguna dengan modal terbatas.
Meskipun begitu, sudah seyogyanya jika harga bukanlah satu-satunya faktor yang dipertimbangkan dalam memilih jenis software.
· Update Fitur
Selain harga, pemutakhiran fitur juga sering jadi alasan untuk memilih menggunakan software on premise atau cloud.
Hal ini karena kedua software ini bisa dibilang sangat kontras dalam hal update fitur.
Software cloud yang dijalankan melalui internet dengan sistem langganan lebih sering melakukan update. Entah update fitur atau penghilangan bug.
Pasalnya, tanpa update fitur berkala, software sejenis ini bisa jadi kehilangan pengguna di bulan-bulan berikutnya.
Sisi baiknya bagi pengguna, mereka akan senantiasa dapat mengakses dan mencoba fitur-fitur baru selama mereka menggunakan layanan ini.
Namun, sisi buruknya, adanya penambahan atau pengubahan fitur terkadang akan berdampak ke hal lainnya juga. Contohnya biaya, kebijakan, dan lain sebagainya.
Berbeda 180 derajat dengan software cloud, software on premise tidak diupdate sebanyak software cloud.
Dikarenakan konsepnya adalah satu kali pembelian untuk seumur hidup, sangat jarang software ini diupdate secara berkala.
Umumnya, update hanya akan diberikan di tahun pertama setelah software dirilis. Dan update ini pun biasanya lebih kepada perbaikan bug dan error.
Namun, setelah itu, hampir 0 kemungkinannya ada update lagi. Jika pengguna ingin mendapatkan fitur baru, mereka harus menunggu software seri berikutnya rilis. Biasanya dalam hitungan tahun.
Keuntungan dari model update semacam ini ialah tidak akan ada penyesuaian lain setelah pembelian. Pengguna akan bebas menggunakan layanan tanpa harus takut ada perubahan fitur, dsb.
· Keamanan
Keamanan menjadi salah satu pertimbangan yang hingga saat ini masih menjadi topik perdebatan yang panas.
Jika ditinjau dari segi kemudahan dan potensi pengembangannya di masa depan, software cloud sudah pasti memiliki lebih banyak keunggulan.
Dan, karena banyaknya keunggulan itu, sangat wajar jika semua orang berbondong-bondong bermigrasi dari penggunaan software on premise ke cloud.
Realitanya, itu tidak terjadi. Harga yang harus dibayar untuk segala kemudahan software cloud ialah keamanannya.
Keamanan yang dimaksud meliputi keamanan akun dan data penting yang disimpan pengguna dan penyedia layanan.
Belum lagi jika penyedia layanan software cloud ini juga menggunakan penyedia layanan lain, terutama yang berhubungan dengan server dan infrastruktur IT.
Karenanya banyaknya pihak yang terlibat, otomatis risiko keamanan data pun meningkat. Jika satu pihak terkena serangan siber, besar peluang pihak lain juga terkena imbasnya.
Oleh sebab itu, sangat penting untuk memilih penyedia layanan yang sudah bersertifikasi keamanan data. Misalnya seperi sertifikasi ISO 27001 yang dimiliki SPE.
Sebaliknya, isu yang sama tidak akan dirasakan oleh pengguna software on premise
Pasalnya, keamanan informasinya bersifat lebih sederhana dan rata-rata hanya berhubungan dengan sang pengguna saja.
Asalkan pengguna tidak menyebar informasi sensitif tentang akun, lisensi software, dan hal penting lainnya, maka besar kemungkinan tingkat keamanannya akan tetap terjaga.
Namun, sekalinya ada kerusakan perangkat atau serangan siber, bisa jadi data si pengguna akan tidak aman dan hilang.
Untuk menanggulangi hal itu, pengguna software on premise harus secara rajin melakukan backup berkala. Hal ini berbeda dengan software cloud yang backupnya dikelola penyedia layanan.
· Layanan Bantuan
Dalam pemakaian software apapun, sangat wajar ketika pengguna tidak mengerti hal tertentu atau menjumpai error tertentu.
Hal ini berlaku pada software on premise dan juga cloud.
Namun, keduanya seringkali memiliki layanan bantuan yang berbeda dan cenderung berhubungan dengan update fitur yang diberikan.
Dengan adanya update berkala, layanan bantuan software cloud biasanya juga bisa tersedia secara real-time, terus terupdate, dan berkelanjutan.
Hal ini karena layanan bantuan merupakan salah satu fitur yang didapatkan pelanggan ketika mereka menggunakan software cloud.
Pun, seringkali, ketika ditemukan bug ataupun error pada software tersebut, penyelesaiannya akan diberikan di update fitur berikutnya.
Namun, jika belum ada update yang dijadwalkan, biasanya tim support dari pengembang software cloud akan membantu pengguna menemukan solusi sementara hingga update diluncurkan.
Dibandingkan dengan software cloud, software on premise juga memiliki layanan bantuan yang berbeda.
Software on premise lebih sering menyediakan beragam artikel bantuan berisikan tata cara penggunaan yang dapat diakses dan diimplementasikan oleh pengguna.
Jika ada kendala penggunaan yang tidak dapat diselesaikan, pengembang software on premise biasanya mempersilahkan pengguna untuk mengirim email terkait kendala tersebut.
Dalan timeline tertentu, pengembang aplikasi akan merilis update, atau sering disebut patch, yang berisikan solusi untuk kendala yang paling banyak dan sering dijumpai pengguna.
Namun, pemberian patch ini pun tidak dilakukan terus menerus.
Pengembang aplikasi seringkali menghentikan layanan bantuan ketika mereka sudah mulai focus mengembangkan software on premise seri berikutnya.
Software Cloud vs On Premise: Mana yang Lebih Baik
Jika ditanya mana yang lebih baik diantara software cloud vs on premise, sebenarnya semua kembali ke kebutuhan Anda masing-masing.
Kedua jenis software ini memiliki keunggulan dan kelemahan tersendiri, yang mana tidak dapat disamaratakan kompatibilitasnya untuk segala keperluan.
Namun, jika software tersebut akan digunakan secara rutin dan instansi yang besar dalam jangka waktu lama, software cloud adalah pilihan yang tepat.
Tetapi, ketika penggunaannya lebih bersifat ke penggunaan pribadi, layanan on premise akan menjadi opsi yang saat ini masih lebih baik. Tentunya dengan didukung backup.