7 Tips Menghindari Overthinking Saat Bekerja di Kantor bagi Milenial dan Gen Z

Date: 20 December 2021
Author: Doddy Dwi Wahyuwono
Overthinking ialah tindakan memikirkan sesuatu secara berlebihan dan umumnya tak solutif. Fenomena overthinking ini pun sangat akrab dengan Generasi Milenial dan Gen Z.
Jahatnya, overthinking ini bisa menyerang kapan saja dan di mana saja, termasuk saat jam kerja di kantor.
Jika di luar jam kerja, mungkin mengatasi atau menghindarinya akan lebih mudah karena banyak solusi yang bisa dilakukan. Tetapi, ketika sedang berada di kantor, tentunya terdapat banyak limitasi sehingga menghindari agar tak larut di dalam pikiran sendiri pun menjadi sangat sulit.
Namun, jangan khawatir. Ada 7 tips menghindari overthinking saat bekerja di kantor yang bisa kamu terapkan.
Menghindari Overthinking Saat Bekerja di Kantor bagi Milenial dan Gen Z
- Kenali penyebabnya
- Telusuri apa yang sebenarnya sedang kamu pikirkan
- Buat mindmap sembari berpikir
- Coba lihat apa yang kamu pikirkan dari perspektif lainnya
- Ciptakan batasan waktu untuk menangani hal yang kamu pikirkan
- Tulis segala solusi yang memungkinkan beserta kelebihan dan kekurangannya
- Mulai lakukan hal terkecil yang bisa kamu lakukan terlebih dahulu
Kenali penyebabnya
Yang pertama kali dapat kamu lakukan untuk menghindari overthinking ialah kamu harus mengenali apa saja penyebab overthinkingmu.
Penyebab dan pemantik setiap orang untuk terjerumus dalam overthinking sangat beragam. Ada yang mulai overthinking ketika sedang sendirian. Ada juga yang dikarenakan stress berlebih. Ada pula yang disebabkan karena ia berada pada situasi tertentu.
Dan, dikarenakan penyebabnya yang berbeda-beda antar satu dan lain orang, maka penting untuk mengenali penyebab overthinking dari dirimu sendiri.
Jika kamu kesulitan melakukannya, kamu bisa memulainya dengan mencatat situasi seperti apa saja yang membuatmu jadi kurang nyaman saat berada di kantor.
Dengan mencatat segala kemungkinan yang ada, kamu akan lebih mudah dalam mendeskripsikan dan menyeleksi manakah yang benar-benar dapat berpotensi menyebabkan overthinking.
Telusuri apa yang sebenarnya sedang kamu pikirkan
Sebelum menghindari overthinking, sebaiknya kamu jangan buru-buru terlebih dahulu. Dalam beberapa hal dan bagi sebagian orang, ada kondisi di mana overthinking bisa jadi menguntungkan.
Misal, memikirkan secara mendalam terkait cara memecahkan suatu permasalahan merupakan contoh overthinking yang menguntungkan.
Karenanya, perlu untuk mengenali jenis overthinking yang kamu lakukan. Untuk mempermudah kategorisasinya, kamu bisa membedakannya menjadi 2 hal, yaitu overthinking untuk menganalisis dan memecahkan masalah, atau overthinking yang hanya merupakan lingkaran setan (hanya memikirkan hal yang berputar dan berulang-ulang tanpa mendefinisikan tindakan nyata yang bisa diambil).
Jika overthinkingmu sudah masuk ke jenis yang kedua, maka sebaiknya kamu mengambil cara antisipatif untuk menghindari dan menghentikannya.
Namun, jika overthinkingmu masuk ke jenis yang pertama, ada beberapa hal lanjutan yang bisa kamu lakukan agar tidak berlarut-larut terlalu lama dan segera menemukan solusi.
Buat mindmap sembari berpikir
Yang pertama kali bisa kamu lakukan ialah dengan membuat mind map.
Singkatnya, mind map ialah peta konsep pemikiran, ditulis secara singkat dan dihubungkan dengan garis yang menandakan arah penjelasan.
Contohnya seperti mind map berikut.
Dalam menghindari overthinking, mind map akan membantumu berpikir lebih jelas agar tidak apa yang kamu pikirkan tidak kusut di satu permasalahan tertentu.
Dan lagi, cara membuatnya pun tidak susah. Kamu bisa menggunakan alat tulis dan kertas atau beberapa software yang tersedia untuk smartphone maupun PC/laptop.
Coba lihat apa yang kamu pikirkan dari perspektif lainnya
Seringkali, kita terjebak di dalam overthinking karena kita memaksakan satu sudut pandang saja untuk melihat suatu permasalahan.
Pun, seringkali, memperluas atau mengubah cara pandang kita akan memberikan penyelesaian terhadap suatu hal.
Karenanya, sangat disarankan bagimu untuk melihat suatu permasalahan dari perspektif lainnya.
Seperti, misalnya saja, kamu sedang ingin menginovasikan produk bisnis yang kamu kerjakan. Namun, kamu bingung apa, bagaimana, dan mulai dari mana kamu harus menginovasikan produkmu.
Jika kamu sudah mulai larut dalam pikiranmu sendiri terkait hal itu, kamu bisa mencoba sejenak untuk berhenti berpikir sebagai produsen.
Coba berpikir sebagai konsumen. Jika mereka hendak membeli produkmu, apa yang ingin mereka dapatkan. Apa saja yang ingin mereka coba lakukan dengan hal itu.
Ketika kamu sudah berhasil mengetahui pendapat lainnya dari sudut pandang lainnya pula, kamu akan memiliki referensi yang lebih kaya, yang dapat kamu manfaatkan udah mengatasi permasalahanmu.
Namun, kalau kamu kebingungan untuk memecahkannya sendirian, jangan khawatir. Kamu bisa mencoba berdiskusi dengan orang lain, dengan memberikan mereka permisalan jika mereka dihadapkan dengan kasus serupa yang kamu alami.
Namun, agar jawabannya tidak benar-benar hanya berhenti pada jawaban umum yang sudah terpikirkan olehmu, buatlah logika permisalan tersebut bahwa solusi-solusi umum tidak akan berhasil karena alasan yang juga bisa kamu elaborasikan.
Ciptakan batasan waktu untuk menangani hal yang kamu pikirkan
Selain keterbatasan sudut pandang dan referensi, yang seringkali menyebabkanmu overthinking ialah waktu. Bagaimana waktu yang kamu miliki untuk memikirkan suatu hal seolah-olah tak terbatas, padahal sangat terbatas.
Ilusi seolah-olah waktu yang kamu miliki untuk memikirkan satu hal tertentu tak terbatas akan membuatmu hanya berkutat pada pemikiran yang cenderung kurang solutif.
Ibarat kata, kamu seperti sedang diharuskan untuk membuat 2 lukisan berbeda untuk sebuah pameran seni. Namun, saat melukis, kamu merasa tidak puas dengan lukisan pertama yang kamu buat tanpa mengetahui penyebabnya apa.
Akhirnya, kamu menghabiskan waktu untuk terus menerus mengkreasikan lukisan pertamamu tersebut. Alhasil, lukisan pertamamu tidak pernah rampung, namun kamu masih memiliki tanggungan lukisan kedua.
Maka dari itu, penting untuk membatasi waktu yang kamu miliki. Dengan memberi batasan ini, kamu akan lebih mudah untuk mengestimasi apa saja yang perlu kamu lakukan dan bagaimana kamu bisa menghasilkan kualitas yang paling mungkin untuk didapatkan secara efisien.
Pun, dengan begitu, kamu secara tidak langsung akan memaksa pikiranmu sendiri untuk lebih berorientasi pada solusi ketimbang hanya berputar-putar pada masalah yang kamu hadapi.
Tulis segala solusi yang memungkinkan beserta kelebihan dan kekurangannya
Setelah kamu mengetahui solusi apa saja yang bisa kamu terapkan, saatnya memilih solusi terbaik yang bisa kamu terapkan.
Agar kamu juga tidak overthinking tentang solusi mana yang harus kamu pilih, baiknya kamu tulis kelebihan dan kekurangan dari setiap solusi yang terpikirkan olehmu.
Guna memperjelas pertimbanganmu, kamu bisa juga menulis ekspektasi skenario atau hasil yang akan terjadi jika kamu memilih sebuah solusi.
Hal ini tidak hanya akan membuatmu lebih mudah dalam memikirkan konsekuensi dari sebuah solusi, namun juga memudahkanmu dalam manajemen resiko.
Pun, jangan lupa untuk menyiapkan solusi cadangan seandainya solusi yang kamu pilih tadi ternyata tidak dapat dilaksanakan karena satu dan lain hal.
Mulai lakukan hal terkecil yang bisa kamu lakukan terlebih dahulu
Setelah memilih solusi, waktunya kamu beraksi. Agar tidak bingung apa yang kamu lakukan terlebih dahulu untuk melakukan solusi itu, kamu bisa memecah solusi tersebut ke dalam tahapan-tahapan kecil yang dapat kamu lakukan.
Memecah sebuah solusi ke dalam tahapan-tahapan kecil akan membantumu segera mengambil aksi nyata.
Dan, pastikan tahapan-tahapan yang kamu buat bersifat konkrit, tidak ambigu, dan mungkin untuk dilaksanakan.
Kamu bisa membuat tahapan-tahapan ini seolah-olah layaknya alur peta perjalanan, sehingga kamu tahu apa yang harus dilakukan, bagaimana cara melakukannya, dan ke mana saja destinasinya.