7 Tipe Karyawan yang Dicari Startup di 2022, Kamu Salah Satunya?
Date: 13 February 2022
Author: Doddy Dwi Wahyuwono
Di dunia kerja yang kian kompetitif, tentu perusahaan memiliki standar kualifikasi tertentu yang diterapkan dalam merekrut kandidat. Tak terkecuali startup.
Dewasa ini, startup memiliki standar kualifikasi yang spesifik ketika melakukan rekrutmen, baik dari segi skill hingga wawasan dan pengalaman yang dicari.
Jika kamu berminat untuk berkarir di startup di tahun 2022, tentu kamu perlu memahami apa saja kriteria kandidat yang diminati oleh startup. Berpenampilan menarik bukan salah satunya, loh.
Berikut 7 tipe karyawan yang dicari startup di 2022.
7 Tipe Karyawan yang Dicari Startup di 2022
- Berpemikiran kritis, inovatif, kreatif, dan analitik
- Memiliki pengalaman kerja atau portofolio yang baik
- Menyadari kekurangan dan kelebihan diri sendiri
- Cakap dalam berkomunikasi
- Mempunyai hard skill dan soft skill
- Cenderung memiliki rasa ingin tahu dan sikap menentang status quo yang tinggi
- Familiar dengan alur dan proses kerja tertentu
Berpemikiran kritis, inovatif, kreatif, dan analitik
Karyawan dengan pemikiran yang cemerlang tentu menjadi incaran startup mana pun. Pasalnya, pola dan kemampuan berpikir karyawan mempengaruhi bagaimana mereka menganalisis dan memecahkan masalah untuk menghadirkan solusi bagi startup.
Dan, sangat wajar jika startup pun mencari kandidat yang dapat menunjukkan pola pemikiran cemerlang tersebut.
Dikatakan cemerlang jika, setidaknya, kandidat mampu berpikir kritis, inovatif, kreatif, dan analitik.
Kemampuan analitik dibutuhkan dalam menganalisis suatu hal tertentu, baik masalah maupun peluang. Kemampuan kritis menentukan bagaimana karyawan memandang sesuatu dari perspektif yang mungkin tak terpikirkan orang lain dan membedah sesuatu secara detil.
Sedangkan, pemikiran inovatif dan kreatif dibutuhkan untuk menghadirkan inovasi, yang mana sangat dibutuhkan oleh startup dalam kompetisi industri yang makin sengit.
Memiliki pengalaman kerja atau portofolio yang baik
Jika 5 tahun lalu masih banyak startup yang mencari kandidat dengan pengalaman kerja nol, di tahun 2022 ini diprediksi jumlahnya akan berkurang.
Mengingat tingkat kompetisi yang kian sengit, startup mulai beralih mencari kandidat dengan pengalaman kerja yang luas.
Pengalaman kerja yang dibutuhkan tentu tidaklah acak. Startup akan mencari kandidat dengan pengalaman menangani bidang atau tugas kerja yang mirip dan aplikatif pada kebutuhan yang dimiliki startup tersebut saat ini.
Bagi kandidat yang masih fresh graduate, tentu hal ini akan cukup menyulitkan. Namun, jangan khawatir, kamu bisa mengganti pengalaman kerja dengan portofolio yang baik.
Portofolio yang kamu buat bisa mencakup pengalaman proyek/freelance, sampel kerja, pengalaman magang, dan/atau pengalaman organisasi atau lainnya yang mirip dengan apa yang dibutuhkan perusahaan.
Menyadari kekurangan dan kelebihan diri sendiri
Salah satu kandidat yang banyak dicari ialah kandidat yang menyadari kekurangan dan kelebihan dirinya.
Pasalnya, kandidat semacam ini dinilai mampu menganalisis hal-hal yang ada pada dirinya dan cenderung menunjukkan tingkat kesadaran diri yang tinggi.
Apalagi, memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri adalah hal yang sangat sulit, bahkan bagi karyawan senior sekalipun. Karenanya, sangat wajar jika kandidat yang menyadari hal ini akan menjadi incaran berbagai perusahaan.
Dan lagi, jika kamu juga mengetahui bagaimana cara mengoptimasi kelebihan dan mengatasi kekuranganmu, hal ini menjadi nilai plus tersendiri untukmu.
Cakap dalam berkomunikasi
Karyawan dengan kecakapan berkomunikasi masih menjadi salah satu hal yang diincar oleh startup.
Kecakapan berkomunikasi akan menjadi nilai tambah tersendiri bagi seorang karyawan, baik dalam kolaborasi dalam perusahaan maupun dalam mengisi kegiatan perusahaan.
Dan, biasanya, kecakapan berkomunikasi ini akan sangat diperhatikan ketika kandidat menjalani sesi wawancara kerja, baik bersama Talent Acquisition maupun user.
Namun, bagi kamu yang pendiam atau mungkin seorang introvert, jangan berkecil hati dulu. Kecakapan berkomunikasi yang dinilai bukan berarti kamu harus banyak bicara.
Umumnya, yang dinilai adalah cara penyampaian, diksi yang digunakan, kelugasan, dan berbagai aspek lainnya.
Mempunyai hard skill dan soft skill
Selain hard skill (kompetensi atau kualifikasi di bidang kerja tertentu), soft skill (keterampilan umum) juga menjadi pertimbangan besar dalam rekrutmen.
Jika kamu menunjukkan bahwa kamu kaya akan soft skill, kamu akan memiliki nilai jual tambahan yang membuatmu lebih diminati oleh startup.
Soft skill ini sendiri beragam. Ada yang termasuk dalam kemampuan aktif, ada juga yang termasuk ke dalam kecakapan pasif.
Jika kamu penasaran apa saja hard skill dan soft skill yang dibutuhkan di dunia kerja startup, kamu bisa membacanya di artikel ini.
Cenderung memiliki rasa ingin tahu dan sikap menentang status quo yang tinggi
Rasa keingintahuan dan kecenderungan menentang status quo yang tinggi seringkali menunjukkan kepedulian karyawan yang tinggi akan apa yang ada di sekitarnya.
Secara tidak langsung, kedua hal ini mengindikasikan kecenderungan dan kecakapan problem-solving yang dimiliki seorang karyawan jika dan hanya jika kedua hal itu bersifat solutif.
Permasalahannya, ada kandidat yang seringkali menyalahartikan kedua hal ini, terutama terkait menentang status quo.
Hanya karena sering bergosip dan suka protes, bukan berarti kamu dinilai memiliki kedua hal ini, ya.
Familiar dengan alur dan proses kerja tertentu
Terakhir, beberapa startup juga mewajibkan karyawan-karyawan dari semua divisinya (tidak hanya IT development maupun product development) untuk memahami alur dan proses kerja tertentu. Misalnya saja metodologi Agile seperti Scrum dan juga penggunaan beberapa sistem pengelolaan kerja seperti Kanban.
Karenanya, tak jarang jika startup juga mencari, mengutamakan, dan merekrut kandidat yang setidaknya memahami hal-hal ini.
Pun, tidak hanya pemahaman prosesnya saja yang dicari, kadang startup juga lebih mengutamakan kandidat yang familiar dengan teknologi yang digunakan.
Contohnya seperti Monday, Asana, Notion, atau Trello.