7 Pertimbangan Soal Idealisme dalam Bekerja untuk Kamu Si Idealis
Date: 23 March 2022
Author: Doddy Dwi Wahyuwono
Setiap orang pasti punya idealismenya sendiri terhadap sesuatu, termasuk aku dan kamu.
Idealisme mencakup value, kepercayaan, dan pemikiran terhadap sesuatu. Hal ini bisa merujuk pada banyak hal, termasuk dalam bekerja.
Dewasa ini, masih banyak orang menganut idealisme dalam bekerja. Di satu sisi, hal ini baik karena tandanya mereka memiliki pride dan sense of belonging dalam apa yang mereka lakukan.
Namun, tak jarang juga idealisme ini menjadi kerikil dan batu sandungan dalam karir mereka.
Jika kamu merasa kamu merupakan bagian dari orang-orang itu, mungkin 7 pertimbangan soal idealisme dalam bekerja ini cocok untukmu.
7 Pertimbangan Soal Idealisme dalam Bekerja
- Idealisme untuk siapa dan untuk apa?
- Apakah idealismemu mempersulit dirimu dan orang di sekitarmu?
- Apakah mencegahmu untuk jadi produktif?
- Apakah idealismemu sudah benar?
- Apakah tempat kerjamu saat ini tepat untuk menyalurkan idealismemu?
- Apakah situasi saat ini tepat untuk menyalurkan idealismemu?
- Memangnya kenapa kamu harus idealis?
Idealisme untuk siapa dan untuk apa?
Untuk siapa dan untuk apa kamu bersikap idealis? Mungkin pertanyaan ini adalah hal pertama yang harus pertimbangkan.
Apakah idealismemu hanya untuk memuaskan egomu dan berlaku sebagai upaya validasi terhadap diri dan kualifikasimu?
Ataukah idealismemu memiliki makna bagi dirimu dan orang lain, serta memegang manfaat tertentu terhadap apa yang kamu kerjakan?
Baiknya, kamu menganalisis kembali idealismemu karena ditakutkan hal ini tak lebih dari sekadar pemikiran egosentris sesaat yang sebenarnya tak berbuah dan berdasar apa-apa.
Apakah idealismemu mempersulit dirimu dan orang di sekitarmu?
Memiliki idealisme memang baik karena kamu punya pandangan dan pegangan bekerja yang membedakanmu dari orang lain.
Namun, coba kembalikan pada dirimu sendiri, apakah idealismemu ini mempersulit dirimu dan orang di sekitarmu?
Entah dalam kolaborasi kerja atau dalam bersosialisasi, idealisme bisa saja menjadi pembatas pada hal-hal ini.
Jika iya, mungkin kamu perlu mencari jalan tengah terhadap kendala ini. Jika tidak, maka sah-sah saja kamu tetap bersikap idealis.
Apakah mencegahmu untuk jadi produktif?
Umumnya, orang yang bersikap idealis juga bersikap perfeksionis terhadap apa yang ia kerjakan. Mungkin kamu merasakannya juga.
Dan, jika hal ini sampai membuatmu jadi tidak produktif dan justru membuat pekerjaan makin menggunung serta tak kunjung terselesaikan, maka rasanya perlu kamu meninjau ulang idealismemu.
Pada dasarnya, idealisme adalah sebuah pemikiran, kan? Dan suatu pemikiran, atau ide, tidak akan pernah selesai sampai kamu anggap ia selesai.
Bayangkan kamu sedang melukis sesuatu. Kamu bisa saja berpikir bahwa masih banyak hal yang bisa dipercantik dari lukisan ini. Terus begitu sampai ujung-ujungnya lukisanmu tidak pernah selesai.
Bisa jadi sama halnya dengan idealismemu dalam bekerja.
Apakah idealismemu sudah benar?
Umumnya, orang yang bersikap idealis merasa dirinya dan apa yang dikerjakannya sudah benar. Memang bisa jadi iya, tapi bisa juga tidak.
Sama halnya dengan dirimu, orang lain juga mungkin memiliki pemikiran yang sama. Mereka merasa tahu dan mereka merasa benar.
Jika kedua pemikiran keras ini dipertemukan dan dibenturkan, bisa saja konflik jadi tak terhindarkan.
Baiknya, kamu coba melihat dari sudut pandang orang lain dan berusaha memahami mengapa ia bisa berpikir sedemikian rupa serta apa yang mendasarinya.
Bisa jadi kamu menemukan pandangan lainnya yang membuatmu menyikapi idealismemu dengan cara yang berbeda.
Apakah tempat kerjamu saat ini tepat untuk menyalurkan idealismemu?
Tak semua tempat sesuai menjadi sarana mengekspresikan idealismemu. Pil pahit yang harus kamu telat adalah kebanyakan orang tak peduli.
Mau kamu idealis atau apapun terhadap pekerjaanmu, yang ingin mereka tahu adalah pekerjaanmu beres. Titik.
Karenanya, mungkin kamu perlu mempertimbangkan lagi apakah tempat kerjamu saat ini merupakan tempat yang tepat untuk menyalurkan idealismemu.
Daripada kamu buang-buang tenaga untuk sesuatu yang kurang tepat dan tidak mengapresiasi dirimu, lebih baik salurkan pada tempat yang tepat.
Seperti, misalnya, proyek lain di luar pekerjaanmu atau proyek pribadimu sendiri. Di sana, kemungkinan besar kamu menemukan kebebasan yang lebih besar daripada yang kamu miliki sekarang.
Apakah situasi saat ini tepat untuk menyalurkan idealismemu?
Terkadang, idealismemu bisa juga dibenturkan pada situasi.
Misalnya, ada tuntutan yang mengharuskanmu bekerja dan berproses secara lebih cepat, sehingga waktu pengerjaan yang kamu miliki juga terbatas.
Atau, kamu terpaksa harus mengambil pilihan tertentu yang sedikit banyak bertentangan dengan idealismemu dan kamu tidak punya banyak pilihan lain.
Di momen seperti ini, bisa jadi kamu tidak bisa lagi menjadi idealis.
Kamu perlu penyikapan tertentu dan cara kerja yang lebih adaptif terhadap situasi-situasi unik semacam ini.
Memangnya kenapa kamu harus idealis?
Terakhir, coba tanyakan pada dirimu. Mengapa kamu harus bersikap idealis.
Memang tak salah, tapi mengapa harus begitu?
Memangnya kenapa kalau kamu tidak bersikap idealis?
Apakah ada dampak tertentu? Sebesar apa dampaknya? Dan apakah dampak positifnya lebih besar dari negatifnya? Atau sebaliknya?
Kalau kamu punya jawabannya, bagus untukmu. Kamu belum, selamat mencari.