7 Pertanda Depresi Karena Kerja Yang Mungkin Tak Disadari
Date: 30 March 2022
Author: Doddy Dwi Wahyuwono
Depresi adalah permasalahan serius di peradaban modern saat ini.
WHO mengestimasikan bahwa 3,8% populasi secara global, atau sekitar 280 juta orang, mengidap depresi dan 5% orang dewasa serta 5,7% manula di seluruh dunia terkena depresi.
Per tahun, setidaknya 700 ribu orang melakukan bunuh diri akibat depresi. Bagi kelompok usia 15 hingga 29 tahun, bunuh diri merupakan penyebab kematian terbanyak keempat.
Penyebab depresi bisa beragam, mulai dari faktor genetik, hormon, permasalahan keluarga, hingga pekerjaan. Menurut psikiater Rashmi Parmar, pertanda depresi akibat kerja seringkali tak disadari dan cenderung disalahartikan sebagai stress. Padahal keduanya merupakan hal yang berbeda.
Lantas, apa perbedaan depresi akibat kerja dan stress kerja? Lalu apa saja pertanda yang mungkin tak kita sadari? Simak selengkapnya.
Daftar Isi
Perbedaan Depresi dan Stress Karena Kerja
7 Pertanda Depresi Karena Kerja
- Kecenderungan menarik diri dari orang lain
- Sering terlambat atau tidak masuk
- Produktivitas dan performa menurun
- Mudah lupa, penat, dan jenuh akan banyak hal
- Perubahan penampilan dan kebiasaan yang mencolok
- Mudah menjadi emosional dan tidak bisa membendungnya
- Rendahnya kepercayaan diri saat mengerjakan tugas
Perbedaan Depresi dan Stress Karena Kerja
Depresi dan stress merupakan dua hal yang berbeda. Namun, kebanyakan orang menyalahartikan dan menganggap dua hal ini sama.
Stress akibat kerja cenderung bersifat fluktuatif. Ia terkadang muncul dan terkadang hilang, serta akan berangsur-angsur mereda jika penyebab stressnya (stressor) perlahan-lahan menghilang.
Pun, stress terkadang diiringi dengan gejala lain, yakni gangguan kecemasan, sakit kepala, dan otot tubuh yang cenderung tegang, terlebih kepala.
Depresi, di sisi lain, umumnya tak se-fluktuatif stress. Seringkali gejala dan pertanda yang muncul sebab depresi tak kunjung membaik, bahkan seringnya memburuk.
Gangguan kecemasan, perasaan sedih, jenuh, dan “hampa”, serta kesan seolah tidak ada harapan (hopelessness dan powerlessness) kerap muncul pada depresi. Dan lagi, pengidap depresi seringnya semakin kesulitan untuk fokus dan berkonsentrasi pada pekerjaannya.
Namun, depresi memang sulit untuk dideteksi. Psikolog dan psikiater setidaknya membutuhkan lebih kurang dua minggu untuk melihat gejala awal depresi, bukan mendiagnosis bahwa pasien terkena depresi.
7 Pertanda Depresi Karena Kerja
Pertanda depresi karena kerja yang muncul di tempat kerja seringkali sulit untuk disadari. Selain itu, pertanda depresi sangatlah beragam dan seringkali berbeda-beda antara satu pengidap dengan pengidap lainnya.
Namun, kendati demikian, menurut psikiater Rashmi Parmar setidaknya ada 7 pertanda depresi karena kerja yang cukup umum, namun kerap tak disadari.
7 pertanda tersebut ialah sebagai berikut.
1. Kecenderungan menarik diri dari orang lain
Kecenderungan menarik diri dari orang lain merupakan salah satu pertanda depresi yang mungkin tak disadari.
Kecenderungan ini sendiri bisa berbentuk dalam tindakan yang beragam. Pertama, isolasi diri dari pergaulan tanpa sebab yang konkrit bisa jadi salah satunya.
Kedua, eskapisme dan kebiasaan antisosial juga bisa menjadi salah satu tindakan yang diambil untuk menarik diri dari orang lain.
Ketiga, kecenderungan untuk menutup diri baik secara verbal maupun non verbal juga menjadi pertanda menarik diri. Dan banyak lagi.
Namun, perlu digarisbawahi, apa yang disebut sebagai menarik diri ialah jika seorang individu mengalami perubahan perilaku. Jika dari awal ia memang individu yang tertutup, maka bisa jadi hal tersebut memanglah karakteristiknya.
2. Sering terlambat atau tidak masuk
Jika seorang individu tiba-tiba jadi sering terlambat atau tidak masuk kerja, jangan terburu-buru untuk menghakiminya sebagai pekerja yang malas atau problematik.
Bisa jadi perilaku tersebut ialah dampak dari depresi yang ia rasakan karena pekerjaannya.
Keterlambatan di sini bisa berlaku pada banyak hal. Mulai dari terlambat masuk kerja, terlambat ikut rapat, atau terlambat dalam menyelesaikan tugas.
Pun, terkait tidak masuk kerja, biasanya alasan yang digunakan ialah sakit. Meskipun orang yang depresi cenderung lebih mudah sakit, namun terkadang izin sakit ini juga digunakan ketika mereka tidak sedang benar-benar “sakit.”
Biasanya mereka menggunakan alasan ini ketika merasa overwhelmed dengan berbagai hal yang terjadi pada dan di sekitar mereka dalam beberapa waktu belakangan.
3. Produktivitas dan performa menurun
Penurunan produktivitas dan performa yang konstan, signifikan, serta berkepanjangan juga ditengarahi menjadi salah satu pertanda depresi kerja.
Dalam hal ini, penurunan produktivitas bisa ditinjau baik dari kualitas dan kuantitas kerja yang dihasilkan. Penurunan produktivitas bisa terjadi bukan hanya ketika beban kerja yang diberikan bertambah.
Sedangkan, dari sisi performa, pertanda yang umum muncul ialah lebih banyak kesalahan kerja yang dilakukan, baik minor maupun mayor.
Selain itu, semakin sulit dalam berpikir, mengambil keputusan, serta berkonsentrasi juga menjadi salah satu pertandanya.
4. Mudah lupa, penat, dan jenuh akan banyak hal
Sulit untuk mengingat-ingat hal yang baru terjadi? Penat dan jenuh dengan hal-hal yang disukai?
Jika iya, hal-hal di atas perlu diwaspadai karena bisa jadi salah satu pertanda depresi.
Terlebih jika hal tersebut terjadi berlarut-larut dan tak kunjung membaik. Misalnya seperti minim minat untuk melakukan hal-hal tertentu, baik di dalam maupun di luar pekerjaan.
Pasalnya, depresi kerja sangat mungkin mempengaruhi seseorang dalam aktivitas sehari-harinya, termasuk hingga kehidupan personalnya.
Bahkan, depresi ini bisa mengubah pandangan seseorang terhadap hidup, bahkan sampai di titik di mana hidup bisa dipandang tak lagi bermakna dan tak layak untuk dijalani.
Dan hal-hal semacam ini menyerap tenaga sampai rasanya untuk melakukan aktivitas lain selain kerja pun kita tidak memiliki energi lagi.
5. Perubahan penampilan dan kebiasaan yang mencolok
Depresi kerja dapat berkontribusi besar untuk mengubah penampilan dan kebiasaan seorang pekerja.
Dari penampilan, bisa dilihat dari pandangan mata yang nampak hampa, raut muka yang nampak selalu lelah, serta adanya kantung mata.
Pun, di beberapa kasus, peningkatan dan penurunan berat badan bisa jadi salah satu pertanda depresi. Sebagian orang kehilangan nafsu makan dan cenderung tidak makan ketika depresi.
Sebagian lainnya justru lebih banyak makan sebagai pelampiasan yang merupakan bentuk tindakan eskapis dari problematika yang dihadapinya.
Dari kebiasaan, hal-hal kecil bisa jadi pertanda depresi yang muncul. Misalnya seperti kebiasan melamun, tidur di jam kerja, cara berjalan dan duduk, hingga hal-hal kecil lainnya yang mungkin tak seberapa disadari.
6. Mudah menjadi emosional dan tidak bisa membendungnya
Keadaan emosional seseorang ketika depresi seringkali tak stabil.
Emosi-emosi seperti marah, cemas, dan sedih biasanya menjadi tak terbendung ketika depresi. Dan, dalam beberapa kasus, sangat mungkin bagi seseorang untuk tiba-tiba menangis hanya karena hal yang bisa dibilang cukup sepele atau bahkan tanpa sebab.
Namun, di saat yang sama, sangat mungkin bagi seseorang untuk juga lumpuh secara emosional. Beberapa pengidap terkadang mendeskripsikan hal ini dengan kata “hampa” atau “kosong.”
Yang mungkin cukup menyulitkan ketika bekerja, perasaan emosional yang berlebih ini bisa saja muncul ketika tengah bekerja.
Misalnya ketika rapat, berdiskusi dengan rekan atau klien, atau ketika menerima instruksi tugas baru dari atasan.
7. Rendahnya kepercayaan diri saat mengerjakan tugas
Pertanda umum yang terakhir ialah rendahnya kepercayaan diri ketika mengerjakan tugas-tugas kerja atau proyek tertentu.
Bentuk aktualisasi dari rendahnya kepercayaan diri ini biasanya berupa tindakan menyalahkan dan meremehkan kualifikasi diri sendiri, overthinking satu aspek pekerjaan tertentu, atau bahkan prokrastinasi.
Selain berimbas pada performa dan produktivitas tim atau individu, hal ini juga berdampak buruk pada diri sendiri.
Semakin larut hal ini dibiarkan, maka justru individu tersebut akan semakin terkonsumsi oleh pemikiran negatifnya sendiri terhadap apa yang ia kerjakan.
Parahnya kalau hal semacam ini menjadi wishful thinking, yang mana sangat mungkin untuk memperburuk keadaan depresinya akibat kerja.