7 Cara Melamar Kerja di Startup Agar Diterima
Date: 7 October 2021
Author: Doddy Dwi Wahyuwono
Di kalangan job seeker, startup adalah perusahaan yang popularitas dan persaingannya sangat tinggi saat ini.
Bukannya tanpa alasan, perusahaan startup seringkali menjadi lebih dari sekadar tempat kerja. Ada berbagai benefits yang ditawarkan startup.
Mulai dari gaji dan tunjangan yang menggiurkan, hingga beragam pengembangan diri baik dalam ranah skill kerja, soft skill, pengetahuan umum, maupun personal.
Oleh sebab itu, tak heran jika ada banyak orang yang tertarik untuk berkarir di perusahaan startup.
Namun, banyak orang masih belum paham betul bagaimana cara melamar kerja di startup agar diterima.
Padahal, sebenarnya banyak startup yang membuka berbagai lowongan kerja baru setiap bulannya, yang sering tidak terisi pula.
Seringkali, alasan tidak terisinya lowongan ini dikarenakan startup belum menemukan orang yang tepat guna mengisi posisi tersebut.
Untuk menemukan orang yang tepat ini, divisi human resource startup akan menyeleksi berbagai kandidat, mulai dari seleksi CV, tes, hingga wawancara.
Bagaimana cara meyakinkan startup bahwa Anda adalah kandidat yang tepat untuk posisi ini?
Tenang, artikel ini akan memberikan 7 cara melamar kerja di startup agar peluang diterima lebih tinggi.
Daftar Isi
- Cara melamar kerja di startup
- Buat CV yang menjelaskan, bukan cuma menarik
- Lampirkan portofolio, proyek pribadi tidak masalah
- Pelajari perusahaan, mulai dari profil hingga kebutuhan
- Cari tahu lebih lanjut tentang tren di bidang yang dilamar
- Asah kemampuan interview, komunikasi yang baik itu penting
- Update profil Linkedin
- Belajar cara menulis email (atau deskripsi) yang tidak “hanya benar”
- Kesimpulan cara melamar kerja di startup
Cara melamar kerja di startup
Jika dilihat secara sekilas, sebenarnya cara melamar kerja di startup tidak jauh berbeda dengan melamar di perusahaan korporat atau agensi.
Namun, jika dilihat lebih seksama, ada hal yang sebenarnya membedakan cara melamar ini.
Sebelum mengetahui langkah-langkahnya, pertama Anda harus memiliki mindset yang benar dan sesuai dengan startup.
Startup seringnya mengutamakan kolaborasi, pertumbuhan, problem solving, kecepatan, serta ketepatan.
Maka jangan terkejut jika waktu tes, Anda diminta untuk memecahkan suatu persoalan dalam waktu yang sangat singkat.
Hal ini tujuannya bukan hanya guna melihat seberapa cepat Anda bekerja.
Namun juga seberapa kritis Anda dalam melihat persoalan, dan seberapa baik manajemen waktu Anda.
Jika Anda sudah memiliki mindset yang tepat, saatnya Anda memahami cara melamar kerja di startup yang benar.
Buat CV yang menjelaskan, bukan cuma menarik
CV atau curriculum vitae adalah garda terdepan perkenalan diri Anda pada startup.
Selain sebagai garda terdepan, ternyata CV juga berkontribusi besar terhadap penilaian HR kepada Anda.
Kesalahan pertama dan utama kandidat dalam membuat CV ialah memikirkan visual yang menarik.
Bukan karena CV yang menarik secara visual itu tidak penting, tapi karena goals dari pembuatan CV tidak berhenti di visualnya saja.
Jika Anda hanya fokus ke visual dan mengesampingkan konten, maka sama saja CV Anda kosong ketika direduksi dan dihilangan segala pernak-perniknya.
Untuk itu, sangat penting membuat CV yang “menjelaskan.”
Jika Anda berpikir bahwa semua CV itu menjelaskan sesuatu, sebenarnya belum tentu.
Kebanyakan CV yang dikirimkan untuk melamar kerja di startup hanyalah berisi poin-poin singkat Anda dari mana, pendidikannya bagaimana, dan dulu kerja di mana.
Seharusnya, CV tidak sebatas itu.
CV harus dibumbui dengan informasi, apa saja yang Anda kerjakan dan apa yang Anda hasilkan.
Tipikal pelamar kerja yang ditolak juga hanya menuliskan rutinitas kerja harian, tanpa menjelaskan lebih lanjut apa yang dihasilkan dari rutinitas tersebut.
Coba posisikan diri Anda sebagai pemilik perusahaan.
Apakah Anda mau menghabiskan uang menggaji karyawan untuk melakukan banyak hal, tanpa tahu apa hasil atau dampak yang dihasilkan dari pekerjaan tersebut?
Maka dari itu, jangan lupa untuk menjelaskan pencapaian atau kontribusi nyata yang Anda hasilkan dari rutinitas kerja/kegiatan yang Anda geluti sebelumnya.
Hasilnya bisa dijelaskan secara kuantitatif, bisa juga secara kualitatif. Yang jelas, sesuatu yang bisa diukur dengan parameter tertentu.
Lampirkan portofolio, proyek pribadi tidak masalah
Pernahkah Anda mendengar kalimat “extraordinary claims require extraordinary evidence”?
Jika Anda masih asing dengan kalimat ini, intinya adalah segala jenis klaim tentu memerlukan bukti.
Hal yang sama berlaku di startup.
Jika Anda mencantumkan 'pernah mengerjakan berbagai hal' di CV Anda, apa buktinya?
Apa hal yang bisa mendukung klaim di CV Anda?
Layaknya dalam sebuah kasus pengadilan, startup juga memerlukan bukti yang meyakinkan kalau apa yang Anda katakan itu benar.
Untuk memberikan bukti tersebut, Anda sebaiknya memiliki portofolio.
Entah hasil dari pekerjaan Anda sebelumnya, atau proyek yang Anda kerjakan semasa kuliah (jika Anda seorang fresh graduate).
Namun bagaimana jika Anda tidak pernah mengerjakan apa-apa?
Anda bisa juga melampirkan proyek pribadi yang mungkin hanya Anda anggap sebagai hobi.
Sebagai contoh, Anda ingin melamar posisi content writer di sebuah perusahaan startup.
Konteksnya, Anda belum memiliki pengalaman profesional dalam penulisan konten sebelumnya.
Tetapi, Anda sering iseng-iseng menulis untuk hobi saja.
Maka cantumkanlah itu. Tidak masalah.
Bagaimana pun juga, apa yang Anda hasilkan merupakan karya Anda.
Dan karya ini yang akan membantu pengambil keputusan di startup untuk memutuskan merekrut Anda atau tidak.
Sebagai saran tambahan, Anda dapat mengkompilasikan karya-karya Anda ini dalam satu ruang yang bisa dengan mudah diakses.
Misalnya, Anda bisa membuat situs portofolio di Wix dan berbagai layanan gratis lainnya.
Pelajari perusahaan, mulai dari profil hingga kebutuhan
Ketika Anda ingin melamar kerja di startup, penting pula untuk mempelajari terlebih dahulu seperti apa perusahaan yang Anda tuju.
Berbagai informasi ini pasti tersedia di website maupun media sosial startup itu.
Anda bisa membaca berbagai hal tentang startup tersebut, mulai dari bidang industri, sejarah, produk dan layanan, hingga kultur perusahaan.
Pasalnya, hal ini seringkali menjadi pertanyaan saat sesi wawancara.
Tidak masalah jika Anda tidak mengetahui seluk beluk startup ini atau malah pemahaman Anda kurang tepat.
Yang jelas, Anda menunjukkan usaha untuk mengenali perusahaan yang Anda lamar.
Pengetahuan semacam ini akan menjadi poin tambahan bagi Anda saat sesi wawancara.
Namun, hal ini tidak berhenti di sini saja.
Terkadang, pertanyaannya akan berlanjut ke mengapa Anda memilih untuk melamar kerja di startup ini. Apa yang Anda cari. Seperti itu.
Dengan mengetahui berbagai hal hingga kultur suatu startup, Anda bisa menentukan tujuan Anda memilih perusahaan ini dan tidak terkejut ketika menjumpai pertanyaan ini.
Jangan hanya menjawab Anda ingin tantangan baru atau memerlukan gaji tinggi.
Anda harus lebih spesifik.
Elaborasikan tantangan baru seperti apa yang Anda cari di perusahaan ini.
Atau gaji/benefit seperti apa yang menurut Anda menarik dari perusahaan ini, dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan lainnya.
Anda bisa juga menjawab tentang kebijakan dan values startup yang Anda rasa sesuai dengan pribadi Anda.
Cari tahu lebih lanjut tentang tren di bidang yang dilamar
Ketika diwawancara oleh user, Anda seringkali akan ditanyai tentang berbagai hal yang berkaitan dengan pekerjaan yang Anda lamar.
Mulai dari “apakah bisa mengoperasikan hal ini” hingga “apa yang Anda ketahui tentang hal ini.”
Oleh karena itu, mengetahui berbagai tren di bidang yang Anda lamar sangatlah krusial.
Hal ini karena startup sangat suka dengan pembawa perubahan. Tentunya perubahan baru yang membuat sesuatu menjadi lebih efektif.
Dengan mengetahui tren-tren terbaru seputar posisi atau bidang yang Anda lamar, Anda akan mampu meyakinkan user untuk mempekerjakan Anda.
Namun, bagaimana jika Anda tidak memahami apa yang ditanyakan user?
Tentu ada trik tersendiri dalam menjawab pertanyaan ini dan akan dibahas di poin selanjutnya.
Bagaimana jika jawaban Anda tidak tepat atau malah sebenarnya sudah usang?
Tidak masalah.
Yang jadi persoalan utama bukanlah benar salahnya jawaban Anda, tapi apakah Anda memiliki pengetahuan yang mumpuni terkait bidang yang Anda lamar.
Pasalnya, jika Anda tidak memiliki pengetahuan dasar di bidang tersebut, startup akan membutuhkan waktu lebih untuk melatih Anda.
Seringnya, hal ini adalah harga yang tidak bisa dibayarkan startup ketika mempekerjakan karyawan baru.
Asah kemampuan interview, komunikasi yang baik itu penting
Banyak kandidat yang tumbang saat sudah memasuki sesi interview.
Entah itu interview dengan HRD, user, maupun CEO atau C-level lainnya.
Seringkali, di titik ini, yang menjadi permasalahan bukanlah skill maupun kualifikasi sang kandidat.
Namun, biasanya, kendalanya justru perihal komunikasi.
Sesi wawancara ialah ajang pembuktian kecakapan dan kebolehan Anda sebagai kandidat yang dianggap potensial.
Tentunya, memiliki pengetahuan terkait bidang yang Anda lamar saja tidak cukup.
Anda harus memahami juga bagaimana cara menyampaikan pengetahuan Anda tersebut dengan baik, benar, dan efektif.
Pasalnya, komunikasi verbal yang tidak efektif memerlukan usaha dan kalori lebih untuk dipahami.
Sedangkan, yang Anda lakukan saat interview ini bukanlah menantang si pewawancara untuk berpikir lebih.
Anda harus meyakinkan mereka agar tidak berpikir lebih dalam mempekerjakan Anda.
Selain komunikasi efektif untuk menyampaikan pengetahuan Anda, Anda juga harus berkomunikasi secara efektif untuk menyampaikan apa yang tidak Anda ketahui.
Jangan bilang tidak tahu jika Anda ditanya terkait suatu hal yang cukup asing.
Beberapa alternatif jawaban yang baik ialah dengan menjawab Anda sedang mempelajari hal itu lebih lanjut.
Atau, Anda sedikit tahu tentang hal itu, namun expertise Anda ada di bidang lainnya. Tentu dengan penjelasan yang masuk akal.
Selain komunikasi verbal ketika ditanya, Anda harus bertanya juga.
Sering dalam wawancara, Anda akan diberikan kesempatan untuk bertanya terkait apapun itu.
Sangat baik jika Anda memanfaatkan kesempatan ini untuk mengenali lebih lanjut tentang perusahaan dan bidang yang Anda lamar.
Dengan melakukan hal ini, Anda menunjukkan kemauan dan ketertarikan Anda di perusahaan tersebut.
Hal ini tentunya akan menjadi poin tambahan tersendiri.
Update profil Linkedin
Seperti yang kita ketahui, Linkedin adalah jejaring sosial yang erat kaitannya dengan dunia profesional.
Maka dari itu, selain CV dan portofolio, Linkedin sering menjadi destinasi utama HR ketika ingin mengetahui lebih lanjut tentang Anda.
Maka dari itu, Anda harus rajin dan rutin memperbarui informasi di akun Linkedin Anda.
Sayangnya, banyak kandidat yang ogah-ogahan mengupdate Linkedin mereka.
Padahal, Linkedin bisa menjadi media yang lebih fleksibel untuk menjelaskan berbagai kecakapan dan pencapaian Anda dibandingkan dengan CV.
Jika CV memuat intisari informasi kecakapan Anda, profil Linkedin haruslah memuat elaborasinya.
Dengan melakukan hal ini, Anda akan selangkah lebih maju dalam meyakinkan startup untuk merekrut Anda.
Belajar cara menulis email (atau deskripsi) yang tidak “hanya benar”
Beberapa perusahaan membuka lowongannya lewat aplikasi job seeker tertentu.
Ada juga yang hanya menjadikan email sebagai gerbang perekrutan dan penerimaan dokumen lamaran kerja.
Di antara kedua hal ini, yang sama ialah adanya ruang untuk menjelaskan secara singkat maksud dan tujuan Anda mengirim dokumen tersebut.
Seringnya, kandidat hanya menulis email secara benar.
Misalnya, kandidat hanya menjelaskan kalau mereka bermaksud untuk melamar kerja di posisi tertentu.
Bukannya salah, hal ini benar.
Namun, di saat yang sama, kandidat tersebut membuang kesempatan emas pertama untuk meyakinkan startup bahwa mereka adalah orang yang tepat.
Jangan sampai Anda menyia-nyiakan kesempatan ini.
Yang bisa Anda lakukan adalah memberikan sedikit perkenalan dan satu kalimat singkat yang menjelaskan mengapa Anda merupakan orang yang tepat.
Sebagai contoh, Anda bisa menjelaskan bahwa Anda merasa sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan startup yang dituju.
Entah dengan mengatakan bahwa Anda pernah memegang posisi dan beban kerja yang serupa di perusahaan sebelumnya, atau dengan menjelaskan bahwa Anda memiliki pengetahuan dan skill yang dibutuhkan oleh perusahaan.
Kesimpulan cara melamar kerja di startup
Persaingan untuk dapat bekerja di startup memang sangat tinggi meskipun jumlah lowongan yang tersedia juga banyak.
Namun, bukan berarti tidak mungkin Anda memperoleh posisi yang Anda inginkan, di perusahaan yang Anda idam-idamkan.
Untuk itu, Anda harus mengetahui dan memerhatikan aplikasi dan cara melamar kerja di startup yang Anda kirimkan.
Mulai dari penyusunan CV, pengumpulan berkas, hingga proses wawancara, semuanya merupakan hal yang dipertimbangkan matang-matang dalam perekrutan karyawan baru.
Dengan menerapkan cara melamar kerja di startup yang tepat, peluang Anda diterima pun akan semakin besar.