22 Tren Industri Digital Startup di Tahun 2022
Date: 28 December 2021
Author: Doddy Dwi Wahyuwono
Industri digital dan startup terus mengalami dinamika tren yang berubah-ubah setiap tahunnya, termasuk di tahun 2022.
Perubahan tren ini menyesuaikan dengan berbagai keadaan yang ada, mulai dari kebutuhan bisnis dan juga situasi tertentu yang mempengaruhi berbagai aspek di dunia seperti pandemi.
Dan, mengikuti perubahan tren akan membantu bisnis tetap relevan di industri, pasar, dan kompetisi. Lebih dini, lebih baik.
Lalu apa saja tren yang diprediksi akan berkembang di tahun 2022?
Berikut 22 tren industri digital startup di tahun 2022.
1. 70% Pekerja Tidak Ingin WFO
Survey yang diungkap BBC menyatakan bahwa 70% pekerja lebih memilih untuk WFH daripada WFO. Dan, 79% business leaders memprediksi bahwa minat dan kuantitas bekerja di kantor akan jauh berkurang dibandingkan dengan sebelum pandemi.
Meskipun begitu, banyak bisnis yang masih khawatir bahwa WFH akan mematikan kreativitas dan produktivitas di perusahaan.
2. 89% Bisnis Akan Berinvestasi Pada Teknologi yang Mendukung Kerja Hybrid
Bisnis akan lebih banyak menerapkan model kerja hybrid, yakni gabungan WFH dan WFO. Dan, 89% dari mereka berencana untuk menambah teknologi yang mendukung model kerja tersebut dalam 12 hingga 18 bulan mendatang.
Teknologi ini mencakup pengadaan perangkat keras dan perangkat lunak, baik yang untuk menunjang pekerjaan hingga untuk keamanan.
3. 90% Bisnis Berencana Mengadopsi Lebih Banyak Teknologi Cloud
9 dari 10 responden berencana mengadopsi teknologi cloud dalam skala yang lebih masif, baik dari segi arsitektur hingga manajemen data. Di tahun 2022, penggunaan komputasi dan software cloud akan menjadi salah satu prioritas investasi.
Di antaranya, bisnis berencana untuk mempercepat penggunaan AI dan IoT, serta penerapan sistem multi-cloud.
4. 60% CEO Memprediksi Kenaikan Kejahatan Siber di 2022
60% dari 3,600 CEO dan berbagai C-level lainnya memprediksi adanya peningkatan kejahatan siber di tahun 2022. 20% dari mereka tidak benar-benar memahami risiko dan dampak yang mungkin dihasilkan dari kejahatan siber.
Beberapa titik rawan yang diprediksikan ialah integrasi layanan pihak ketiga, software supply chain, dan juga layanan cloud yang digunakan.
5. 64% Eksekutif Pemasaran Merasa Data-Driven Marketing Akan Makin Krusial
64% eksekutif di bidang pemasaran merasa data-driven marketing akan menjadi kunci kesuksesan marketing di tahun 2022. Meskipun begitu, 87% tim marketing merasa mereka kurang memanfaatkan data saat ini.
Penggunaan strategi data-driven mampu membuat bisnis menghasilkan 5-8x lipat ROI dibandingkan bisnis yang tidak menggunakannya.
6. 73% Bisnis Mengalami Kekurangan Tenaga Ahli IT
Meningkatnya kebutuhan IT bisnis akan berbanding lurus akan meningkatnya kebutuhan akan tenaga ahli di bidang IT. Hingga saat ini dan diprediksikan sampai 2022, 73% bisnis akan mengalami kekurangan tenaga ahli IT, baik dalam merekrut pekerja baru maupun mempertahankan yang sudah ada.
Tenaga ahli yang dimaksud beragam, mulai dari tenaga ahli di bidang software, data, infrastruktur, keamanan siber, dan sebagainya.
7. 65% Pekerja Secara Aktif Mencari Pekerjaan Baru
65% pekerja secara aktif mencari pekerjaan baru. Fenomena ini ialah tren yang saat ini disebut sebagai The Great Resignation, yang diprediksi akan terus berlanjut hingga 2022.
Beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan tersebut ialah pencarian peluang karir yang lebih baik, minimnya feedback pekerja yang didengar oleh bisnis, perbedaan prinsip dan kultur perusahaan dengan pribadi, burnout, dan banyak lagi.
8. 30% Pekerjaan Akan Digantikan oleh Teknologi Automation
Lebih kurang 30% pekerjaan saat ini akan digantikan oleh teknologi automation, terutama yang bersifat repetitif. Hal ini berbanding lurus dengan peningkatan implementasi teknologi AI dan machine learning yang kian berkembang tiap tahunnya.
Diprediksikan, teknologi AI atau Automation secara umum akan menciptakan 58 juta lapangan kerja baru di tahun 2022.
9. 67% Pelanggan Lebih Memilih Layanan Self-Service
Dibandingkan harus melalui proses yang panjang untuk membeli, menggunakan, dan menemukan resolusi kendala penggunaan suatu layanan, 67% pelanggan lebih memilih layanan self-service.
Hal ini dikarenakan pelanggan tidak terlalu berminat untuk berbicara langsung dengan pekerja bisnis jika mereka merasa bisa melakukan sesuatu secara mandiri.
10. 72% Orang Berminat Untuk Menghadiri Virtual Event
Virtual event seperti webinar mengalami peningkatan kuantitas yang signifikan sejak tahun 2020. Diprediksikan, hal ini tidak akan menyurut di tahun 2022.
72% orang berminat untuk menghadiri virtual event di 2022, dengan jumlah yang sama yang mereka hadiri di tahun 2021 atau mungkin lebih.
11. 60% Pelanggan Ingin Bisnis Lebih Berempati
Pelanggan tidak lagi ingin berbisnis dengan perusahaan yang tidak memperdulikan mereka. 60% pelanggan ingin bisnis lebih berempati dan menunjukkan bahwa bisnis benar-benar memperhatikan kebutuhan mereka.
Pasalnya, kelalaian untuk memperdulikan hal ini berpotensi mengurangi omzet penghasilan bisnis hingga 9,5%.
12. 70% Pelanggan Menggunakan Filter Rating di Atas Bintang 4
Rating bintang adalah rating yang umum guna menilai suatu perusahaan, produk, atau layanan. Dan, di tahun 2022, rating akan semakin mempengaruhi keputusan pelanggan untuk berbisnis.
70% pelanggan menggunakan filter rating dan mereka memiliki kepercayaan yang rendah pada produk, layanan, atau perusahaan dengan rating di bawah 4.
13. 73% Kandidat Pekerja Menginginkan Tawaran Gaji yang Lebih Tinggi
Rekrutmen pekerja baru diprediksikan akan jauh mempertimbangkan kualitas dibandingkan kuantitas. Namun, kandidat yang berkualitas umumnya memiliki harga tersendiri yang harus dibayarkan.
73% kandidat pekerja menginginkan tawaran gaji yang lebih tinggi dibandingkan apa yang ditawarkan saat pengajuan kontrak kerja. Hal ini meningkat 20% sejak tahun 2020.
14. 64% HR Membutuhkan Budget Rekrutmen yang Lebih Tinggi
Dalam 6 hingga 12 bulan ke depan, 64% HR diprediksi membutuhkan budget rekrutmen yang lebih tinggi. Alokasi budgetnya akan berada pada penggunaan jasa agensi rekrutmen dan pembiayaan rekrutmen itu sendiri.
Alokasi budget ini akan digunakan untuk menemukan kandidat berkualitas yang paling sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
15. 81% Kandidat Kerja Tidak Memprioritaskan Kultur Perusahaan saat Melamar Kerja
Saat memutuskan untuk melamar pekerjaan di suatu perusahaan, 81% kandidat kerja tidak menjadikan kultur perusahaan sebagai prioritasnya. Mereka merasa kultur bukanlah hal yang menjadi daya Tarik mereka untuk bekerja di suatu perusahaan.
Namun, bagi 40% pekerja, kultur menjadi salah satu aspek paling penting dalam karir mereka.
16. 55% Bisnis Merasa Tingkat Turnover Pekerja Akan Meningkat
Hingga 2022, 55% bisnis merasa tingkat turnover pekerja akan terus meningkat. Di saat yang sama, rekrutmen pekerja baru akan menjadi makin sulit dan kompetitif.
Tiga alasan teratas yang menyebabkan turnover ialah tidak adanya work-life balance dan pekerja ingin memprioritaskan hal lain di hidupnya (30%), jenjang karir yang tidak jelas (24%), serta gaji dan benefit yang tidak mencukupi kebutuhan pekerja (23%).
17. 83% Pekerja Menginginkan Kebijakan 4 Hari Kerja
Dewasa ini, uji coba kebijakan 4 hari kerja marak dilakukan berbagai perusahaan. Hasilnya, kebijakan ini efektif mengurangi burnout pekerja dan justru meningkatkan produktivitas.
Menanggapi hal tersebut, 83% pekerja menginginkan adanya kebijakan 4 hari kerja.
18. 56% Bisnis Berencana Meningkatkan Budget untuk Benefit Kesehatan Pekerja
Benefit menjadi salah satu faktor yang ditawarkan bisnis untuk merekrut dan mengapreasiasi pekerja. Salah satunya ialah benefit kesehatan.
Di tahun 2022, 56% bisnis berencana untuk meningkatkan budget yang dialokasikan untuk benefit kesehatan, baik kesehatan fisik maupun mental.
19. 54% Pekerja Membutuhkan Pelatihan Kerja Tambahan
Dalam menghadapi tren industri digital yang kian berubah, pekerja startup harus mampu tetap relevan dengan kebutuhan dan kondisi yang ada.
Karenanya, 54% pekerja membutuhkan pelatihan kerja tambahan dan, secara global, pekerja rela menukarkan 15 jam kerjanya per bulan untuk pelatihan tersebut.
20. 69% Pekerja Akan Bekerja Lebih Giat Jika Memperoleh Apresiasi
Tiap tahunnya, produktivitas kerja menjadi faktor yang senantiasa ditingkatkan oleh bisnis. Namun, seringkali, dalam meningkatkan produktivitas ini, pekerja seringkali mengalami penurunan performa.
Menyikapi tahun 2022, 69% pekerja menyatakan mereka berkenan untuk bekerja lebih giat jika mereka lebih diapresiasi oleh bisnis. Di antaranya melalui reward dan benefit yang lebih menarik dan sepadan.
21. 72% Eksekutif Perusahaan Akan Memprioritaskan Employee Experience (EX)
Salah satu tantangan terberat bisnis di tahun 2022 ialah mengakuisisi dan mempertahankan pekerja. Karenanya, employee experience (EX) akan menjadi salah satu faktor terpenting yang harus diperhatikan oleh bisnis.
Untuk itu, 72% eksekutif perusahaan berkomitmen akan memprioritaskan EX guna menanggapi tantangan tersebut.
22. 80% Pelanggan Merasa Customer Experience (CX) Sama Pentingnya dengan Kualitas Produk dan Layanan
Dewasa ini, customer experience (CX) menjadi salah satu faktor terpenting yang mempengaruhi bisnis, baik dari laba serta akuisisi, retensi, upsell, dan peningkatan loyalitas pelanggan.
80% pelanggan merasa bahwa kualitas customer experience (CX) sama pentingnya dengan kualitas produk atau layanan yang dihadirkan suatu bisnis.
Dan, ada cara untuk memaksimalkan customer experience yang dihadirkan. Pelajari selengkapnya dalam ebook Wappin: Tantangan Bisnis yang Menentukan Loyalitas dan Retensi Pelanggan. Unduh gratis di sini.